Rumah bagi Remaja Menimba Inspirasi

Usianya hampir genap 40 tahun. Dulu namanya sangat populer, tetapi sekarang nyaris tak terdengar. Civita Youth Camp tetap ada dan setia menjalankan fungsinya sebagai rumah retret bagi kaum muda. Suatu sore pada awal September 2013, sekitar 60 siswa SMP Desa Putra sedang mengikuti retret di Civita Youth Camp, Ciputat, Tangerang Selatan. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, yakni Civita 1 dan Civita 2. Masing-masing kelompok didampingi oleh pengajar.

 

 

Retret bagi para remaja ini bertujuan agar mereka memiliki pemahaman yang cukup luas tentang “cinta dan siapa dirinya”. Tema ini kemudian disarikan dalam aneka kegiatan, seperti games, doa, serta penjelasan materi. Hal ini tentu sangat membantu peserta agar tidak cepat bosannselama retret.

 

 

Yulia Anggraini, siswi kelas IX, mengaku,“Saya senang dengan games dan kegiatan-kegiatan dalam retret ini. Karena para siswa bisa lebih akrab dari sebelumnya.” Hal serupa diakui Yosi dan Zarah. Kata mereka, jika selama di sekolah
mereka hanya sekadar kenal, dalam retret ini keakraban lebih dipertajam dan diperindah. “Alangkah indahnya hidup sebagai saudara” kiranya tepat untuk menggambarkan kegembiraan mereka selama mengikuti retret. Jika
sebelumnya kehidupan rohani mereka layu dan tak terurus, kini perlahan-lahan menghijau oleh intensitas doa yang hampir mereka lakukan setiap hari.

 

 

*Pelayanan Rohani*
RP Siegfried Zanweh SJ, Sr Caroline CB, dan Bernadeth adalah tiga sosok penting yang mengiringi pendirian rumah retret ini pada 15 Januari 1974. Rumah retret ini diberi nama Civita. Kata Civita merupakan gabungan dua kata dari dua bahasa. Kata Sunda Ci atau chai, berarti air, dan kata Latin vita berarti kehidupan. Jadi, kedua kata ini mengandung arti air kehidupan.

 

 

Civita dibangun di atas tanah seluas dua hektar. Ada tiga unit bangunan, yakni Civita 1, Civita 2, dan Civita 3. Dalam setiap unit terdapat sepuluh kamar tidur; dan setiap kamar berdaya tampung empat orang. Sarana lain adalah aula, ruang doa, ruang makan, ruang kegiatan kelompok, sebuah empang. Terdapat juga fasilitas yang diberi nama Api
Teater, yaitu tempat untuk berkumpul atau membuat api unggun. Sejak berdiri hingga saat ini, Civita Youth Camp memberikan perhatian besar kepada pendampingan anak, remaja, dan kaum muda. Untuk menunjang misi ini, Civita membagi target pendampingannya sesuai dengan tingkat pendidikan, yakni SD, SMP, dan SMA. Untuk mereka yang duduk di bangku SD, kegiatan retret mengarah pada ajaran “kasih”. Diharapkan, melalui kegiatan ini, anak-anak dapat menyadari bahwa mereka adalah anak yang dikasihi oleh orangtua, sesama, dan Tuhan. Untuk tingkat SMP, retret bertujuan agar mereka memiliki pemahaman yang lebih luas mengenai “cinta dan siapa dirinya”, sehingga mereka dapat memiliki landasan sikap dan tindakan terhadap Tuhan, sesama, dan alam semesta. Sedangkan untuk tingkat SMA, materi retret mengarah pada sikap dan pengambilan “keputusan yang bebas”, baik dalam menentukan masa depan maupun dalam keseharian.

 

 

Seluruh materi retret ini bermuara pada kehendak untuk membantu proses pencarian jati diri dan arti hidup orang-orang muda yang ingin mengenal dirinya secara lebih dekat dan mendalam, dan dalam relasinya dengan
sesama dan Tuhan. Untuk mengikuti bimbingan retret di sini, tentu ada aturan yang harus diikuti. Setiap peserta dikenakan biaya sebesar Rp 140.000 per hari. Uang tersebut digunakan sebagai pengganti makan tiga
kali sehari dan dua kali snack.

 

 

*Untuk Semua *
Direktur Civita Youth Camp, RP Ode – mus Bei Witono SJ, menjelaskan, meski selama ini siswa menjadi prioritas pelayanan, tidak tertutup kemungkinan Civita menyediakan layanan retret bagi semua orang tanpa batas usia. Selama ini, bentuk-bentuk layanan retret yang sudah dilakukan adalah Latihan Dasar Kepemimpinan, retret untuk guru, ataupun retret pribadi. Civita pun menyediakan program retret tematis, misalnya retret ekologis.

 

 

Romo Bei mengatakan, “Saat yang paling ramai dan padat, bulan September sampai dengan November. Banyak sekolah menggunakan waktu tiga bulan tersebut untuk retret di sini.” Selain Romo Bei, pengelolaan rumah retret milik Keuskupan Agung Jakarta ini juga dibantu RP Alex Dirdja SJ. Untuk urusan pendampingan dan rumah
tangga, dibantu oleh Sr Helena CB, Sr Yoanita CB, Sr Maktilde CB, Sr Aloysia OSU, Sr Silvie OSU, Sr Faustina PIJ, dan Frater Wahyu. Rumah retret ini mempekerjakan 20 karyawan yang sehari-hari bertugas mengurusi
kebun, air, toko, dan dapur.

 

 

Saat ini, Romo Bei sedang mengusulkan agar Civita direnovasi. Ia merencanakan agar unit yang selama ini menjadi tempat tinggal pastor dan unit rumah tinggal suster dijadikan ruang retret dan dibangun bertingkat. Pastoran dan susteran dipindahkan ke belakangnya. “Tapi, ini baru usulan. Jawabannya, nanti ditentukan oleh keuskupan,” tandas Romo Bei.

 

 

*Jelang 40 tahun*
Ketika berbincang di pastoran, Jumat, 6 September 2013, Romo Bei tampak sibuk menelepon beberapa orang yang diundang untuk memeriahkan acara nanti, seperti paduan suara, pembawa acara, dan undangan khusus lainnya.
Meski rumah retret lain menjamur di Jakarta dan sekitarnya, Civita Youth Camp yang berada di pinggiran Kota Jakarta tetap eksis. Di usianya yang hampir menginjak setengah abad, Civita tetap mengusahakan yang terbaik
bagi kaum muda dan siapa saja yang ingin mengambil waktu rehat dari kesibukannya, untuk berdiam diri dan meningkatkan komunikasi dengan Tuhan.

 

 

Dalam setahun, sekitar 4.000 anak mengikuti retret di rumah ‘Air Kehidupan’ ini. Sebagian besar adalah pelanggan tetap, sekolah-sekolah di sekitar Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cilegon, dan Bandung. Sementara ini Romo Bei dan Romo Dirdja sedang sibuk menggagas acara Jelang Ulang Tahun ke-40 Civita, yang akan jatuh pada 15 Januari
2014. Semoga dengan bertambahnya usia, bertambah pula berkat yang dapat ditimba di tempat ini.

No Comments

Post A Comment