Civita Menjadi Oase di Tengah Gurun Kehidupan

Civita Menjadi Oase di Tengah Gurun Kehidupan

Jum’at, 03 Juli 2020

 

Derap langkah penuh kecemasan, tepatnya tanggal 8 Januari 2020 menghantarku pada sebuah tempat dengan nama Civita. Sebuah nama yang kukenal melalui media sosial, yang merupakan rumah ret-ret tempat membina kaum muda, milik Keuskupan Agung Jakarta. Nama  ini  memiliki sebuah identitas yang sungguh amat kuat yakni Air Kehidupan. Setiap hati yang singgah di tempat ini adalah setiap hati yang haus, setiap hati yang lelah, letih serta dahaga dalam perjalanan gurun kehidupan seperti Perempuan Samaria dalam kisah Injil dan ingin menimbah air Air Kehidupan Sejati yakni Kristus sendiri. Karya dan kekudusan tertunduk simpuh dalam setiap hati yang kujumpai dalam sunyi. Ada masa lalu, ada masa penuh kejayaan, ada luka, ada masa emas, ada deraian air mata dan ada canda tawa ria yang menghiasi perjalanan setiap hati termasuk diriku sendiri, semuanya terbawa dan di bawah dalam sunyi bersama Sang Ada. Ada hati yang tak terima, ada hati yang lara nan duka, ada hati yang nestapa, ada hati yang luka, ada hati yang patah dan di tempat ini kutemukan oase baru yang menyegarkanku dan mereka semua yang kujumpai dan kudampingi. Inilah yang aku syukuri Tuhan menyediakan waktu dan kesempatan yang sangat istimewa buatku dan buat mereka yang mau datang menimbah Air Kehidupan melalui tangan-tangan terampil sebagai perpanjangan tangan-Nya.

 

Kusadari diriku ibarat motor yang sudah sekian lama berjalan, melayani siapa saja tanpa mempedulikan dirinya dan kini  saatnya perlu masuk bengkel untuk dibenahi oleh tangan-tangan terampil yang Tuhan siapkan. Aku tertunduk lesuh di hadapkan dengan kesunyian suci. Kesunyian Civita membuka tabirku mengalami kehidupan Sang Ada dalam keterpurukan nurani. Civita adalah bengkel rohani, di sana aku perlahan-lahan dibongkar dibersihkan dan dibenahi kembali. Aku butuh bensin dan oli yang baru, aku butuh tenaga yang baru maka melalui para staf Civita maupun tangan-tangan terampil diluar civita membantuku semakin mengenal diriku. Selain itu melalui metode membaca, merefleksikan hasil buku yang dibaca dan membuat modul saya semakin mengenal diriku dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Perlahan-lahan kumulai memproseskan diri untuk semakin meningkatkan nilai-nilai positif dan berusaha memproses hal-hal yang membuatku tidak berkembang. Tak kalah pentingnya pendampingan kepada peserta ret-retan membuatku semakin mengenal mereka dengan segala perjuangan hidup sebagai orang muda disatu sisi dan disis lain berhadapan dengan situasi keluarga yang membuat mereka terluka yang semuanya meneguhkanku dalam perjalanan panggilan ini. Kubersyukur Tuhan memberikanku kemampuan dan Ia menggunakannya untuk melayani mereka yang menderita dengan hati yang tergerak oleh belas kasih. Untuk menjadi sahabat bagi yang lain pertama-tama saya perlu melepaskan apa yang ada dalam pikiranku dan membangun nilai saling percaya/ kepercayaan. Tentu ini tidak mudah namun melalui tegur sapa yang biasa akhirnya ada keterbukaan untuk saling berbagi. Selain itu memiliki niat hati yang murni untuk mau menolong mereka, bersama menanggung beban mereka kendati hanya melalui cara mendengarkan dan meneguhkan. Memiliki  rasa empati terhadap setiap persoalan sesama dan selalu membawakan mereka dalam doa-doaku. Mengedepankan nilai kejujuran, jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap sesama dan lebih lagi jujur terhadap Tuhan. Dan yang yang terpenting adalah bergantung penuh pada Allah dalam doa-doa. Bersama mereka membawa kehadapan Tuhan segala beban dan membiarkan Tuhan yang akan menyelesaikan apa yang sudah dimulai.

 

Dipenghujung akhir masa khursusanku Juli 2020, kupungut kembali mutiara-mutiara tercecer yang sudah kutemukan selama kurang lebih 6 bulan menjadi kekuatan dan kekayaanku untuk melangkah maju lagi dalam berbenah diri sehingga siap menolong mereka yang datang menimbah Air Kehidupan Sejati yakni Kristus sendiri. Mutiara itu tidak saja kutemukan dalam setiap sesi pembinaan namun juga melalui perjumpaan pribadi dan komunal, kekuatan hidup doa baik pribadi maupun bersama yang disempunakan dalam ekaristi kudus setiap hari, perjumpaan dengan alam di civita dan hidup persaudaraan dalam satu perutusan di tempat ini, semuanya terus berbicara akan pengalaman-pengalamanku yang tersimpan dalam kantong gelap alias alam bawah sadarku. Kini kuangkat satu persatu kepermukaan untuk diamati dengan jelas, diproses agar hidup semakin berkualitas dalam pelayanan dan nama Allah semakin dimuliakan.

 

 

Sr Simona, CIJ