Belajar Beriman dari St. Ignatius dari Antiokia

Belajar Beriman dari St. Ignatius dari Antiokia

Kamis, 17 Oktober 2019

Lukas 11: 47-54

 

Belajar Beriman dari St. Ignatius dari Antiokia

 

Hari ini kita memperingati St. Ignatius dari Antiokia. Saya amat terkesan pada sebuah perkataannya yang tertulis di dalam salah satu tulisannya, “Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya dan seluruh kecintaanku.” Tulisannya tentu menunjukan siapakah dia—pribadi yang beriman teguh dan mencintai Yesus sepenuhnya. Saya sungguh belajar memahami iman yang total dari St. Ignatius dari Anthiokia bahwa kristus adalah pribadi yang sungguh dia cintai.

Halnya sama seperti yang dituliskan Paulus pada bacaan pertama bahwa manusia itu dibenarkan berkat iman—bukan karena melakukan hukum. Iman itu sendiri adalah tindakan personal atas relasi intim Allah yang mewahyukan diri. Berkebalikan dengan orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat yang sungguh mengutamakan hukum di atas segala-sagalanya. Mereka bisa menghakimi yang berbeda dengan berlandaskan hukum.

Di dalam Injil pun hal senada terlontar dari pribadi Yesus bahwa yang sungguh dikehendakinya adalah keyakinan dan kepasrahan kepadaNya. Ia tidak membutuhkan berbagai hal eksterior yang menjadi selimut kita—ia hanya membutuhkan interioritas kita yang tertuju padaNya.

Iman yang kecil pun seperti biji sesawi mampu membuat orang berubah dan bertransformasi menjadi lebih baik. Itu tentunya bukan karena keunggulan yang kita miliki tetapi lebih dari itu ketulusan dan keterpautan hati kita pada Tuhan.

Sungguhkah aku mencintai imanku?